Pages

Wednesday, November 27, 2013

Nyesek

Deg-deg-an waktu liat orang yang jelas-jelas nggak boleh ditaksir tuh rasanya .... nyesek!

Cuma mau nulis itu aja sih....

Jadi sebal ma diri sendiri....

Huhuhu.....

Wednesday, November 20, 2013

Disela Rintik Hujan Malam

Tuhan itu Maha Tau, jadi sebaiknya jangan jadi sok tau di hadapan Tuhan.

Tuhan itu Maha Adil, jadi sebaiknya jangan mengadili sesamamu sesuai penglihatanmu.

Tuhan itu Maha Mendengar, jadi sebaiknya tak perlu berteriak ataupun menunjukkan suara keras saat berbicara denganNya.

Tuhan itu Maha Berbicara, jadi sebaiknya jangan mendahului 'kata-kata' dari Tuhan.

Tuhan itu Maha Baik, jadi tak perlu khawatir tentang yang terbaik untukmu. Itu semua sudah dipersiapkanNya.

Tuhan itu Maha Kasih, maka tak perlu ragu untuk berbagi kasih pada sesama pun alam, karena kasihNya tak kan ada habisnya.


Karena itu, tak perlu mengeluh ataupun berduka, dalam saat terburuk dan tak ada seseorang yang menghibur, ingatlah bahwa Ia selalu setia berada disampingmu. Tak peduli seberapa banyak dosamu, tak peduli seberapa sakit penderitaanmu, tak peduli seberapa kesepianmu, jika kau sadar bahwa Tuhan selalu besertamu, tak lama segala susahmu akan disempurnakan menjadi senyum bahagia.

Wednesday, October 23, 2013

Cerita Alam

Langit sangat cerah, awan berarak membentuk suatu pola ; pola tak berpola. Pagi yang cerah tiap harinya, dengan harum bunga dan angin yang lembut. Para cemara menari sesuai bisikan nada aliran sungai dimana ikan-ikan dan karanglah pemusiknya. Burung gereja yang sangat ramah selalu menyapa, bukan berkicau atau bernyanyi. Hanya menyapa. Seolah merasakan indahnya damai surga, sekali kemari maka akan sulit kembali. Serasa tak rela meninggalkan nuansa penuh cinta dari alam.

Terlihat dari kejauhan seorang pria berdiri, memandang langit dengan seksama, entah penuh makna atau duka. Sesekali menunduk, berkedip pada rumput ; berusaha tersenyum. Ironi. Dalam hembusan angin yang ceria terbawa aroma lara. Entah berasal dari pria itu, atau pada pada pandangannya. Atau pada keduanya. Diam. Alam pun terus mengamatinya. Dalam diam.

Dunia adalah menyakitkan menurutnya. Penuh ilusi dan tipu daya, kemenangan hanya pada yang berkuasa atas harta. Atas harta, kuasa sampai wanita. Yang berharta akan berkuasa, yang berkuasa akan bermain wanita. Klasik. Untuk seorang pria naif seperti dia, yang berharap pada kesejatian cinta, dunia begitu memilukan. Semua yang ia cintai, terutama bidadari yang ia harapkan untuk bersamanya, meninggalkannya. Ia tak punya harta, pun kuasa, maka sukar dalam mendapat wanita. Yang ia miliki hanya keyakinan akan masa depan cerah.

"Katakan padaku! Selain harta dan kuasa, apa yang tidak kumiliki?! Hatiku kuat selayak baja, jiwaku dipenuhi semangat emas kejujuran, murninya kilauan berlian tak semurni cintaku pada gadis yang kuharapkan! Mengapa dunia begitu jahat??? Mengapa hanya yang berharta yang bisa mendapatkan segalanya???? Tak ada lagikah yang berhati lurus di dunia ini?? MENGAPAAAA???!!!"

Para burung berhamburan, angin bergejolak, para cemara membuang daun-daunnya. Mereka yang hanya mengamati akhirnya berontak. Suara sungai pun makin keras menghantam. Suara parau pria itu menjadi alasan mereka berontak. Ada yang salah. Ada yang salah pada pandangan pria itu. Atau pada pola pikirnya. Atau keduanya.

Setelah sesaat, alam pun kembali diam. Kembali mengamati. Apa gerangan yang akan dilakukan pria ini? Sungai mulai gelisah. Jangan-jangan pria ini ingin meceburkan dirinya? Ah, tidak mungkin. Sungai terlalu indah dan juga tidak dalam. Ikan menenangkan sang sungai. Atau pria ini ingin menggantungkan dirinya? Para cemara mulai gelisah. Itu tidak mungkin, para cemara terlalu tinggi dan terlalu indah untuk tempat bergantung. Burung-burung menenangkan para cemara. Lalu apa yang kira-kira akan pria ini lakukan?
Mungkin ada yang bisa menolongnya? Kita hanya bisa mengamati. Begitu yang alam pikirkan.

"Kak..."

Terhenyak dari ratapannya, pria ini merasakan ada yang menarik-narik kemeja yang ia kenakan. Dilihatnya seorang anak kecil berhidung mungil dengan tangan yang mungil pula.

"A...ada apa?"

"Kenapa kakak berisik?"

"Ah... maaf, aku kira hanya aku yang ada disini."

"Kakak sedih? Kenapa?"

"Orang yang kucintai meninggalkan aku demi orang yang tidak lebih baik daripada aku."

"Oh... jadi kakak sedih karena ditinggalkan... Kalau kutemani bagaimana? Aku takkan meninggalkan kakak."

Pria ini tertegun mendengar kalimat sederhana yang dilontarkan oleh seorang anak kecil yang ada disampingnya.
Tanpa ragu sang anak duduk beralaskan rumput yang lembut, dengan sekali tarikan saja, pria ini juga terduduk disamping sang anak.

Mereka saling berbicara, bercanda dan tersenyum. Dan alam masih mengamati.

"Kau begitu kecil, berapa umurmu?"

"Bulan besok aku masuk sekolah menengah pertama."

"Dua belas? Atau tiga belas?"

"Sebelas. Aku memang paling muda dikelasku."
Kepalanya sesekali digoyangkan ketika bercerita, membuat rambut lurusnya juga bergoyang. Angin sedikit berperan dalam hal ini.

"Oh, pantas. Memang masih kecil." Gumam tawa menggema dari bibirnya.

"Kalau kakak? Dua puluh lima?" Mata coklatnya berkilat penuh selidik.

"Hmpft... Apa aku terlihat setua itu?"
Tawa akhirnya meluncur melalui suaranya. Untuk beberapa saat alam sepertinya ingin tertawa juga. Tapi mereka menahannya.
"Enam belas. Aku baru enam belas tahun."

"Oh.... Baru enam belas... lalu kenapa sudah berpikiran seperti sudah berumur dewasa? Kakak kan belum dewasa?"

"Apa maksudnya?"

"Suara kakak tadi kencang. Kata ibu, hal-hal seperti harta dan yang lainnya hanya perlu dipikirkan oleh orang dewasa. Tapi ada apa sebenarnya?"

"Hanya pelampisan. Hanya ingin berteriak. Hanya itu saja," ucapnya sambil tersenyum simpul.

"Kakak kelihatannya pintar, wajah kakak juga lumayan. Tapi lebih baik kakak memikirkan belajar dulu daripada memikirkan hal yang tidak-tidak."

"Hal yang tidak-tidak bagaimana?"

"Itu juga yang dikatakan ibu padaku, sebenarnya aku juga tidak begitu mengerti. Harta dan teman-temannya mungkin, mungkin itu adalah hal yang tidak-tidak?"

Sesaat mereka terdiam. Berfikir, tenggelam dalam benak masing-masing. Si pria mungkin merenung ada benarnya sang anak dalam berkata. Sang anak mungkin kembali berusaha memahami apa yang pernah ibunya katakan. Ibunya pernah berkata seperti itu ketika ia bercerita tentang temannya yang memamerkan sebuah cincin emas bermata berlian padanya. Ia benci pada temannya yang suka pamer.

Lebih baik memikirkan belajar daripada memikirkan hal yang tidak-tidak.

Kini pikiran si pria mulai terbuka. Ia sadar bahwa ia sebaiknya bangga untuk hal yang ia miliki. Prestasi yang cemerlang, termasuk yang ia banggakan. Ia yakin bahwa ia mempunyai masa depan yang cerah. Tak perlu ia memikirkan bahkan tergila-gila pada seorang gadis untuk saat ini. Kini ia tahu, kelak suatu saat dimana dia sudah berada di posisi tepat dalam hidupnya, dengan mengandalkan kejujuran, prestasi dan terutama Tuhan, ia pasti akan menemukan seorang gadis yang tepat pula untuknya. Untuk saat ini, demi seorang gadis yang tepat, tentunya dia harus menjadi seorang pria yang tepat.

"Dik, siapa namamu?"

"Sherly."

"Sherly, pasti ibumu sangatlah baik. Beliau mengajarkan sesuatu yang baik."

"Ah.. iya, ibuku sangat baik. Masakannya juga enak, terutama nasi gorengnya!"
Timpal sang anak dengan penuh semangat.

Lebih baik memikirkan belajar daripada memikirkan hal yang tidak-tidak.

"Sudah kuputuskan. Aku akan mengejar masa depanku dengan belajar keras saat ini."
Ia bergumam. Masih sakit. Atas kekalahannya. Setelah memendam cinta bertepuk sebelah tangan beberapa lama, ternyata gadis yang ia cintai jatuh ke pelukan seorang remaja pria yang memiliki orangtua yang kaya raya. Sedangkan ia hanya seorang remaja pria penerima beasiswa yang berasal dari keluarga sederhana.

"Kak....? Kakak melamun?"

"Eh... maaf, hanya sedikit berfikir. Boleh kapan-kapan aku mencicipi nasi goreng buatan ibumu? Kedengarannya sangat sangat enak..." ^_^

"Tentu! Sangat sangat sangaaatt enak!" Kedua jempol tangannya ia acungkan dengan mantap.

Alam masih diam, sedikit bergumam. Angin bergumam dengan lembut, awan kembali ceria melintasi bukit, burung gereja pun menyapa hati yang mulai bangkit. Nuansa damai kembali menyeruak.

"Sudah beranjak sore. Aku ingin pulang. Kau sebaiknya pulang juga Sher."
Sedikit meregangkan badan, dan si pria mulai melangkah maju.

"Ah, iya."

Dengan langkah kecilnya sang anak berlari berusaha mengikuti langkah si pria. Dan kembali berhasil menarik kemeja si pria. Hampir. Hampir saja si pria tak kuasa menahan bebannya sendiri. Untung saja gerak reflek melarangnya untuk jatuh.

"Ada apa? Sherly?"

"Besok kakak kesini lagi? Kubawakan nasi goreng buatan ibuku. Mau?"

Si pria terdiam sesaat. Lalu tersenyum hangat.
"Tentu saja.."

Tangannya mengusap kepala sang anak. Membuat rambut pendek sang anak sedikit tak beraturan.
Sampai-sampai sang awan pun tertawa melihat rambut sang anak. Tapi sang anak terlihat tak peduli.

"Asik... "
Tapi belum ia lepaskan tangannya dari kemeja si pria.

"Eh iya. nama kakak siapa?"

"Namaku? Namaku...........





                                                                                                            ==End==

Wednesday, September 25, 2013

Tujuan Hidup ???

"Tujuan uripmu ki opo?"

Tujuan hidupku?
Hihi... hari ini hari yang menyenangkan menurutku. Dalam obrolan malam yang nggak jelas membahas tentang kejelasan hidup. Semakin malam semakin bermakna (wuelehh), dan mendalam (wkwkwkw).

***

Hari Rabu seperti biasa malam harinya ada kumpul Kentos di sekretariat. Hari yang kunanti, dan menjadi sangat kunanti karena sudah 2 x yang berarti 2 minggu tanpa bertemu teman Kentos (hikz). Dan seperti biasa lagi,  aku telat. Dari tempat kerja langsung menuju Sempu, tapi tetap saja aku datang di akhir rapat dan langsung menuju sesi favoritku, after Kentos :D

Tujuan hidup? Tentu saja pada Tuhan. Sudah pasti. Tapi dengan apa kita bisa menuju kepada Tuhan? Tujuan sudah jelas, jalan menuju tujuan juga harus jelas dong. Obrolan after Kentos kali ini menyentuh tentang suatu kejelasan. Kejelasan hidup, kejelasan hati, kejelasan prinsip dan komitmen, memperjelas tujuan dan kejelasan jalan menuju tujuan.

Jadi sebenarnya kalau kita bertanya tentang tujuan hidup, yang sebenarnya kita tanyakan bukanlah tentang tujuan hidup, tapi mengenai jalan menuju tujuan hidup. Jalan apa atau lebih tepatnya mau dengan lantaran apa kita mau menuju/bertemu dengan Tuhan? Apa kita mau bertemu Tuhan hanya dengan tangan kosong?
"Apa yang telah kau perbuat di Bumi?"
"Kebaikan apa yang telah kau lakukan terhadap sesamamu dan seluruh ciptaanKU di Bumi?"
"Apakah kau telah mempergunakan talenta-talenta yang telah KUberikan dengan semestinya?"
"Atau kau hanya menyimpannya dan tidak mengembangkan berkat yang telah KUberikan?"
Seandainya nanti Tuhan bertanya seperti itu, apa jawab kita?

Kalau diibaratakan benda, talenta adalah sepatu kita untuk berjalan menuju puncak gunung (Allah). Semua manusia mempunyainya, bohong (bodoh juga bisa) jika ada orang bilang ia tak memiliki suatu keahlian spesial dari Tuhan. Semuanya mempunyai sepatu itu, semuanya juga mempunyai pilihan untuk mau memakainya atau tidak. Ada yang berpikiran keliru dengan menyimpannya saja di dalam gudang. Entah takut rusak, entah takut dikira pamer, atau memang malas untuk memakainya.
Ketakutan yang sebenarnya tak berarti.

Kalau aku sih pasrah dengan jalan yang diberikan oleh Tuhan untukku (terlalu pasrah mungkin =_=' ). Tapi semuanya memang yang terbaik buatku. Seperti teka-teki, setiap pertanyaan yang kuajukan padaNYA dijawab tidak langsung seluruhnya. Tapi itu yang membuatku takjub dan bersyukur, saat aku berhasil menyusun jawaban, aku makin tahu bahwa Tuhan sangat mencintaiku.

Aku ingin menggunakan sepatuku dengan sebaik mungkin seperti Tuhan menghendakinya. Dan juga aku berusaha untuk menemukan atau lebih tepatnya menggali dalam diriku, sepatu-sepatu yang telah Tuhan berikan padaku. Mungkin aku akan menemukan sepatu yang sangat indah, dan aku tahu aku memilikinya, bukan hanya sepatu-sepatu. Aku juga punya sayap!


***

Wajah mudah senyum, periang, ramah, tak mudah lelah, suka tertawa, selalu berusaha berpikir positif, sopan, pecinta anak-anak, penyayang binatang + bunga + alam, berbakti pada orangtua, senang jika dibutuhkan.... dll

Sifat positif kita juga adalah berkat dari Tuhan....
Yang sudah sepatutnya kita pakai, kita bagikan pada sesama, sebagai penapak kaki kita, sebagai sayap kita di jalan menuju Tuhan.

Karena talenta bukan hanya hal yang muluk-muluk...
Bukan hanya tentang pekerjaan atau impian yang menjanjikan...
Karena jalan menuju Tuhan bukan jalan dengan karpet merah mewah...
Tapi jalan sederhana yang sejuk dan menggugah...



                                                                                   ===Kamis awal, dengan ketenangan.===

Monday, July 22, 2013

Naif

Angin malam menggelitik rasa
kala angan melayang terbawa pantulan bulan
Para jangkrik tertawa
menertawai hamba yang sedang terpesona

Mengapa dunia sangat menggugah
sungguh memikat harapan
Bunga-bunga mengatup kala malam
terkecuali untuk Asa yang tak pernah patah

Katakan bahwa naif adalah bodoh
maka orang-orang selalu mencemooh
Tapi siapa yang sebenarnya tolol
bersembunyi dalam kepalsuan konyol

Apa salah mencintai kebenaran
apa salah terpikat pada kedamaian
Ini mimpi hamba
ini mimpi kami para perindu keadilan

Cinta yang merupakan kekal
bukan hanya pada pacar tapi juga pada alam
Kasih yang abadi
bukan hanya pada padi tapi pada semua diri

Katakan bahwa hamba naif
hanya saja hamba mencintai segala baik

Katakan bahwa dunia tanpa orang naif
maka tiada harapan di bumi

Aku Ingin Manusia Juga Mencintai Ciptaan Tuhan yang Lainnya

Pak A ceritanya ngebut pakai motor dari arah selatan. Dari arah barat berlari seekor anjing hitam yang tanggung ( belum gede tapi udah nggak kecil lagi ) kejar-kejaran dengan anjing besar berwarna krem, dan jadilah mereka tabrakan. Pak A jatuh.

Pak A : -semaput-

Beberapa orang berkumpul untuk menolong. Ada Pak B yang dibelakang Pak A.

Pak B : Bunuh aja semua anjing ini!

========

Anjing hitam ini sejak kecil kulihat belum pernah senang. Dia sering kena tendang tuannya kalau pipis sembarangan di rumah, tiap nemu pipis di lantai rumahnya, si hitam ini yang ditendang. Padahal bisa jadi itu pipis anak anjing yang masi beberapa minggu yang juga milik orang ini. Jarang diajak main sama tuannya, apalagi dielus...
Kalau ketemu sama anak-anak kecil sering dilemparin batu, sama anjing yang lebih gede sering dianiaya......
huweeeee.... nangis bener aku....
udah sakit ditabrak motor, ( barusan denger si anjing ini "kaing-kaing" dari rumahnya ) masih dapat ancaman mau dibunuh.....

Di satu sisi Pak A korban, di satu sisi anjing ini juga korban.
Aku ingin Pak A cepat sembuh, dan aku juga ingin si anjing selamat.
Dan aku juga ingin orang-orang di daerah ini ( tempat tinggalku ) mengambil hikmah dari kejadian ini : agar pelan dan berhati-hati dalam berkendara, terutama jika lewat gang-gang yang rawan anak-anak dan hewan-hewan peliharaan.

Anjing juga ciptaan Tuhan. Kalau memang Tuhan tidak menghendaki anjing ada, maka anjing takkan tercipta.
Dan buktinya anjing ada. Berarti Tuhan juga menghendaki anjing itu ada.

Tuhan... Dampingilah kami semua, berikanlah pada kami manusia rasa sayang terhadap semua ciptaanMu, termasuk hewan-hewan yang telah Engkau ciptakan kepada kami....
Amin....

Saturday, July 20, 2013

Ini komikyang perna dimuat d majalah PENA, majalah lokal gereja Gunung Sempu..
Jadul, dan agak jayus...
ekekekeke

Wednesday, March 6, 2013

Prediksi Cinta 12 Shio --- :D






Sekedar info, waktu saat saya menulis artikel ini adalah pukul 03.00 WIB! Hoho...

Kemarin lusa iseng tanya Pak Bos perihal buku fengshui yang beliau wajb beli setiap tahun baru. Dan ternyata malah dibawain kemarin, dikasih pinjam.. xixi

Cinta... Oh lagi-lagi cinta...
Lagi-lagi soal cintaaaa....

Hal utama yang kulirik adalah peruntungan soal cinta... XD
Kali ini mau share tentang peruntungan cinta keduabelas shio dalam penanggalan Cina.
Sumber tulisan ini adalah buku berjudul Prediksi Peruntungan Anda - Tahun 2013 Ular Air karya Suhu Wong.

Percaya nggak percaya siiihhh... Kalau buatku sendiri, aku melihat prediksi-prediksi semacam ini adalah doping agar selalu tetap semangat. Kalau prediksinya buruk, berarti kita harus tetap terus berusaha pada karya kita dan menajamkan kewaspadaan diri serta menambah perhatian terhadap lingkungan sekitar. Intinya waspada. Mau bener kejadian jelek ya kita udah persiapan mental, mau nggak kejadian ya berarti harus ekstra bersyukur pada Tuhan. Kalau membaca prediksi yang buruk lalu nglokro (nyerah, tanpa semangat), itu namanya pesimis. Orang pesimis adalah orang anti-sukses. Sedangkan kalau prediksinya baik, bukan berarti boleh berleha-leha. Karena prediksi baik berarti kita harus gencar melakukan inovasi-rencana-mengambil peluang yang ada, untuk memajukan usaha yang kita jalani (usaha disini bukan berarti bisnis saja, tapi tentang pekerjaan dan atau hal yang kita tekuni). Tapi jangan kemudian grusa-grusu-ceroboh dalam mengambil keputusan perihal kesempatan yang menggiurkan. Tetap harus disertai pertimbangan yang matang dan tenang.

Yaak! Sudah gitu aja panjang kali lebarnya, ini kuambil peruntungan cintanya aja ya...
hoho..


1.  Shio Tikus
Perkenalan yang sudah lama harus segera diikat perkawinan. Bagi yang jomblo, peluang mendapatkan calon pendamping hidup semakin besar. Jadi seriuslah!

2.  Shio Kerbau
Jika sudah jodoh, pasti akan terjadi perkwinan di tahun ini. Sekaranng tinggal memperkuat hubungan dan mempersiapkan agenda utama : membentuk keluarga.

3.  Shio Macan
Masih banyak yang harus dibicarakan. Jangan patah arang di tengah jalan.Bila sudah mantap, tetapkan tanggal mengikat janji pernikahan.

4.  Shio Kelinci
Bila ada jodoh, akan ada perhelatan besar tahun ini. Jalani semuanya dengan apa adanya. Jangan bertindak konyol dan tergesa-gesa.

5.  Shio Naga
Semakin sering bertemu lebih baik daripada mengobral janji.Pemahaman terhadap karakter pribadi jauh lebih baik daripada kompromitas.

6.  Shio Ular
Bagi yang belum menemukan jodoh, usaha semakin ditingkatkan karena sudah ada yang menanti anda. Kepribadian buruk harus mulai dihilangkan. Awal hidup baru bisa ditapaki.

7.  Shio Kuda
Mengembangkan rasa percaya diri sangat penting anda lakukan. Anda gagal karena anda merasa tidak pantas bagi pasangan. Pupuk asmara anda secara perlahan tetapi serius.

8.  Shio Kambing
Ada tiik kemajuan sekalpun tidak terlalu besar tapi sudah memperlihatkan tanda-tanda kalau pasangan anda adalah calon pendamping hidup yang sempurna.

9.  Shio Monyet
Jika sudah saling sepakat, boleh diikat pernikahan. Bagi yang bujang, pilihan banyak tetapi tetapkan standar yang anda inginkan. Memilih pasangan adalah soal seumur hidup.

10. Shio Ayam
Jangan terlena kelebihan tetapi harus mengakui kelemahan. Tempat romantis bisa menghangatkan lagi hubungan. Saling memahami menjadi mantra baru dalam asmara anda.

11. Shio Anjing
Problem lama dipecahkan terlebih dahulu. Selalu terbuka mendengarkan keluhan dan nasehat lebih objektif. Lebih banyak berinstropeksi untuk mencapai pemahaman.

12. Shio Babi
Problem-problem kecil selalu muncul dan tidak boleh anda sepelekan. Akumulasi mereka bisa menjadi batu sandungan perjalanan asmara anda.



Minim banget yak infonya... ada prediksi untuk yang masih jomblo, ada prediksi untuk yang sudah berpacaran. Nggak ada yang menampilkan dua-duanya, hanya salah satu. Itulah kenapa kusebut minim (emang minim ya).

Dan tiba di penghujung tulisan...
Percaya nggak percaya, semoga sekelumit info ini bisa bermanfaat.
XD

Mau tidur dulu...dah jam setengah 4 subuh...

Zzzzzzzzzzzz.....

Sunday, March 3, 2013

Butterfly




Ini gambar dulu pernah diikutin lomba di web anak negeri (zonamobile.net), tapi nggak menang si....hehe.
Eh, jadi keinget Zonam.. Kangen juga, tapi karena satu dan berbagai hal website itu hilang.. T_T
Tapi hubungan pertemanan nggak ilang, lewat FB masih bisa ngobrol sama temen-temen yang dulu pernah ngumpul di Zonam.

Buat yg gambar aslinya tapi nggak ke-load , ini ada versi ringannya :



Potongan Senja (bagian 1)




"Kamu suka melihat matahari terbenam seperti ini ya?"

Pertanyaannya mendesakku keluar dari lamunan. Kutolehkan sedikit kepalaku lalu kupalingkan kembali pada matahari. Takut. Ada rasa takut ketika melihatnya memandang ke arahku.

"Iya. Aku suka.."

Langit kala itu seperti terbakar, dengan bola api raksasa yang perlahan terkubur di hamparan air yang juga menjadi merah. Cahaya oranye terang seperti menyeretku masuk ke suatu tempat, suatu tempat di sudut hatiku. Nyaman sekaligus mendebarkan.

"Hmm.. Konon katanya orang yang suka dengan matahari terbenam cenderung lebih sering tenggelam dalam masa lalunya."

"Eh? Yang benar?"

Saat aku menoleh, mata kami bertabrakan. Seketika aku menatap matahari kembali. Sesaat tadi aku melihat senyum kecilnya kearahku. Ah.. aku ingin tengelam saja rasanya.

"Haha.. Kamu ini... 'kan kamu yang bisa cocokin sama diri kamu sendiri benar atau nggaknya. Aku 'kan tadi bilangnya juga cuma 'konon'."

Suara tawanya menggema dalam telingaku. Bersyukur ada matahari yang menyerangku dengan sinar oranyenya. Aku jadi tak perlu cemas pada perubahan warna kulit wajahku. Dia terus saja memberiku pertanyaan demi pertanyaan yang kemudian berubah menjadi topik obrolan. Mau tak mau aku jadi sering menatap wajahnya ketika harus menjawab pertanyaan darinya. Ya walau dengan begitu lebih sering juga aku melarikan tatapan mataku pada matahari. Ketika aku diam, ia akan menjadi lebih beirisik. Sedikit mengganggu, tapi entah kenapa aku ingin dia tetap menggangguku.

"Jadi memang benar kamu lebih sering mengingat kenangan masa lalu ya.. "

"Seperti kubilang tadi, hanya kadang-kadang, tapi lumayan sering juga."

"Haaa~ ? Kadang-kadang tapi sering? Apa sering tapi kadang-kadang? Hahaha..."

Ah... aku jadi teringat nilai pelajaran Bahasa Indonesiaku yang sempat anjlok saat SMA. Kenapa aku jadi sebegitu canggung seperti ini?
Hanya karena tawa lepasnya aku jadi tak fokus memalingkan wajahku pada matahari. Bahkan sandalku pun aku tatap lekat-lekat tanpa sengaja.

"Ah.. haha.. maaf, malah jadi seperti mentertawakanmu. ha...hha.."

Apa? 'Seperti' katamu?

"Kamu jarang tertawa ya sepertinya?"

Perlu dijawabkah pertanyaan seperti itu? Kurasa tidak. Jadi aku hanya diam tertunduk. Hanya menatap pasir yang berserakan di kuku kakiku.

"Sering melamunkan masa lalu, jarang tertawa, jarang berbicara... Apa kamu bahagia?"

Bahagia? Apa itu bahagia? Kulihat matanya, kucari maksud dari 'bahagia' yang ia katakan barusan.
Bahagia?

"Apa itu bahagia?"

Hening.
Sedetik setelah kalimatku yang ada setelahnya adalah suasana bisu. Mimik wajahnya seperti heran dan kaget. Aku juga heran. Kemana tawanya yang tadi? Bukankah seharusnya dia tertawa?  Aku tak sanggup menatap matanya dalam waktu yang lebih lama, lagipula di matanya tak kutemukan suatu apapun. Hanya terpana.

"Ah... maaf."

Eh? Kenapa dia meminta maaf? Ekspresi menyesal yang ia tunjukkan malah menbuatku sesak. Tertawalah. Kumohon tertawalah seperti tadi.
Apa aku salah kalau aku tak mengerti tentang arti bahagia?

Kumohon...

"Maaf.... Aku juga... maaf."

Kembali pada hening. Kami sama-sama tertunduk. Entah apa yang ia pikirkan, Tapi aku memikirkan dia yang tiba-tiba menjadi seperti ini. Beberapa menit yang lalu ia tertawa.
Tertawa!
Hanya karena 'bahagia' ia menjadi seperti ini. Mungkin aku harus menyalahkan 'bahagia'.

Perlahan tapi pasti sinar oranye itu lenyap, berikut dengan matahari yang membawanya. Hamparan pantai jadi terasa riuh, ramai. Ah... tapi sepertinya dari sebelum aku kemari memang telah ramai. Kenapa aku sempat merasa di pantai ini hanya ada aku dan dia? Perlukah kusalahkan 'bahagia' lagi karena 'bahagia' sudah menyadarkanku bahwa di tempat ini bukan hanya ada aku dan dia?

"Sudah kuputuskan!"

"Eh?!"
Apa? memutuskan apa? Kenapa tiba-tiba? Hampir lepas jantungku sepertinya ketika dia mengeluarkan nada kerasnya berikut kepalan di kedua tangannya.

"Sudah kuputuskan. Aku akan menunjukkan padamu apa artinya kebahagiaan itu!"

Dengan mata jernihnya ia menatapku lurus. Senyum kekanakannya membuatku ingin meloncat. Aku benar-benar ingin lari ke lautan saat ia mendekatkan dirinya padaku. Aku..Aku bingung harus melarikan pandanganku kemana? Ah! Iya! Sandalku!

"Jadilah sahabatku, aku akan tunjukkan bahagia padamu!!"



***


"Karin!! Sudah malam nih! Cepat kumpul! Nanti kamu ketinggalan makan malam!"

"Hmm... ya. Aku kesana."

Bola api raksasa sudah menenggelamkan dirinya ke lautan. Kurasa sudah saatnya aku kembali pada masa sekarang. Sepenggal kenangan tentang senja membuatku tenggelam pada masa lalu.
Yah... seperti katanya waktu itu. Memang benar kalau aku menyukai masa lalu.



~~~bersambung~~~

Thursday, February 28, 2013

Bukan Untuk Perbandingan



 Ibarat bunga, manusia memiliki keindahannya masing-masing. Maka tak pantaslah sebenarnya jika kita membanding-bandingkan orang dengan oranng lainnya. Kebetulan saat menulis tulisan ini terjadi perdebatan antara ibu dan adikku. Dimulai saat adik menyuruh ibu menulis pesan teks di handphone, tapi ibu menolak karena malas mengambil kacamata. Lalu adik membandingkan ibu dengan seorang kakek-kakek tetangga yang masih bisa membaca tanpa kacamata. Daan adu mulut pun dimulai... Menilik sifat ibu yang sulit mengalah (haha), adu argumen sangat seru, mengalahkan suara tv dan memecah konsentrasiku menulis (sampai akhirnya tema awal tulisanku hilang X) ).

Membandingkan sangat menyakitkan bagi yang dibandingkan.
Karena sebenarnya manusia bukanlah obyek perbandingan,
karena manusia adalah pribadi, karena manusia itu unik.

Wednesday, February 27, 2013

Antara Karakter Dan Masa Kecil

"Setiap manusia terbentuk dari masa kecil yang telah mereka alami."

Hmm... benarkah? Setiap orang mempunyai kenangan masa kecilnya masing-masing. Dari yang menyedihkan dan menyenangkan. Seorang anak yang terbiasa dipuji, tentunya akan berbeda dengan anak yang terbiasa diolok...
Ada seorang teman, dia bercerita bahwa karena ia tak pernah dipuji oleh kedua orang tuanya saat ia mendapatkan sebuah prestasi, sampai menginjak usia duapuluhan dia selalu merasa kurang puas terhadap dirinya sendiri. Perasaan kurang puas itu (menurutnya) merupakan hambatan bagi dirinya. Padahal menurutku dia sudah berhasil dalam berbagai hal. Tapi dia merasa belum mencapai sesuatu yang memuaskaan.

Mendengar cerita tersebut aku jadi yakin memang semua manusia merupakan hasil dari cara asuhan para orangtua sewaktu kecil. Segala kenangan manis sampai trauma sangat membekas ketika hal-hal itu dialami saat masa kanak-kanak. Selain perlakuan dari orangtua, perlakuan dari saudara, kerabat, teman dan orang-orang terdekat lainnya sangat berpengaruh bagi tumbuh kembang jiwa anak. Mungkin sang anak sempat lupa akan apa yang telah ia alami saat ia beranjak dewasa. Tapi kenangan manis/buruk itu akan  tetap membekas di alam bawah mereka.

Aku jadi teringat puisi pendidikan yang dibuat oleh pakar psikologi anak, Dorothy Law Nolte, Ph.D. tentang perlakuan orangtua yang sangat berpengaruh pada karakter anak. Dari puisi itu aku jadi tau kenapa bisa sampai memiliki karakter seperti ini. (LOL)

Sangat perlu sekali kurasa untuk mengetahui asal muasal karakter kita. Yang sebenarnya telah dimulai sejak dalam kandungan. Dari sejarah masa kecil, kita dapat mengetaui apa yang salah pada karakter kita. Dan untuk orang-orang yang ingin maju tapi merasa terhambat karena perihal karakter negatif yang dimiliki, metode ini sangat efektif. Mencari apa yang membuat kita berperilaku / memliki sifat negatif, dan kemudian membenahinya dengan ikhlas, maaf dan memaafkan.

Ikhlas melepas semua sakit dimasa lalu, menyesali semua salah yang telah dilakukan diri sendiri terhadap orang lain (menyakiti orang lain) dan bertobat, lalu memaafkan diri sendiri dan juga memaafkan orang lain yang telah menyakiti kita.
Dan kemudian maju untuk selalu berusaha menjadi manusia yang lebih baik dan lebih baik lagi setiap harinya.



Intinya, jangan lari dari masa kecil anda, tapi terima dan hadapi diri anda dengan kekuatan penuh!!! FIGHT !!! :D




~~CHILDREN LEARN WHAT THEY LIVE~~
     by Dorothy Law Nolte, Ph.D.


"If a child lives with a criticism, He learns to condemn.

Jika anak dibesarkan dengan celaan, Ia belajar memaki.
If a child lives with hostility, He learns to fight.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, Ia belajar berkelahi.
If a child lives with ridicule, He learns to be shy.
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, Ia belajar rendah diri.
If a child lives with shame, He learns to feel guilty.
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, Ia belajar menyesali diri.
If a child lives with tolerance, He learns to be patient.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, Ia belajar menahan diri.
If a child lives with encouragement, He learns to be confidence.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, Ia belajar percaya diri.
If a child lives with praise, He learns to appreciate.
Jika anak dibesarkan dengan pujian, Ia belajar menghargai.
If a child lives with fairness, He learns to justice.
Jika anak dibesarkan dengan kejujuran, Ia belajar (bersikap) adil.
If a child lives with security, He learns to have faith.
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, Ia belajar memepercayai.
If a child lives with approval, He learns to like himself.
                             Jika anak dibesarkan dengan dukungan, Ia belajar menyukai dirinya.
If a child lives with acceptance and friendship, He learns to find love in the world.
                           Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, Ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan."

Friday, February 22, 2013

Luka Batin?

Setelah menjamah om google dari atas ke bawah, mengumpulkan data tentang Luka Batin, akhirnya aku mengambil kesimpulan bahwa menyembuhkan Luka Batin tidaklah mudah.
Luka luar separah apapun bisa sembuh, tapi luka batin... ?
Dalamnya luka batin tak dapat dilihat hanya dari luarnya saja.

Langkah pertama adalah MENGAMPUNI. Dalam pengucapannya sangatlah mudah, tapi buatku sendiri ini seperti soal yang sulit kupecahkan. Bagaimana bisa kita mengampuni dengan mudah orang yang sudah membuat luka di diri kita? Bagaimana bisa melupakan kejadian buruk yang telah menimpa kita?
Bagaimana cara mengampuni dengan sempurna?
Dalam hati aku sering berucap bahwa telah mengampuni orang yang telah bersalah padaku. Tapi pada akhirnya, tak jarang aku mengingat kembali hal-hal buruk yang telah orang tersebut lakukan padaku.
Apakah yang salah adalah kemampuan memoriku? Kenapa hanya memori buruk yang terekam? Padahal ada juga kenangan yang baik (pastinya) dengan oraang tersebut.
Mengampuni bukan hal mudah, tapi aku sedang belajar untuk selalu mengampuni orang yang telah menyakitiku, tanpa harus orang tersebut meminta maaf.

Langkah kedua adalah pasrah. Apapun yang telah dialami dan akan dialami di masa mendatang, pasrahkan saja pada Tuhan. Berikan padaNYA semua sakit dan bahagia yang kita mliki, dengan begitu beban akan terasa ringan.
Intinya ...
PASRAH.

Langkah ketiga adalah BERDOA. Jangan luput berdoa setiap harinya. Luangkan waktu untuk curhat pada Tuhan. Kita butuh waktu untuk hilangkan segala penat, dan perlu dan wajib diketahui, Tuhan adalah maha pendengar. Apapun curhatan kita, dari segala benci dan sakit hati... katakanlah semua itu pada Tuhan. Tuhan akan setia mendengarkan kita. Dengan kuasaNYA, asal kita membuka diri, IA akan berbicara langsung dengan kita melalui segala hal yang ada disekitar kita.
Melalui aroma bunga, melalui perilaku alam, perilaku hewan, melalui keluarga juga teman....
Jangan sampai sehari dirimu tanpa DOA.

Okelah... sedikit-sedikit pasti bisaaalah aku jalani semua itu... demi perkembangan (diri) ke arah yang lebih baik.
Tapi yang aku tangisi dalam setiap harapanku adalah....
Bisakah aku menjadi penyembuh luka batin yang sudah mengerak selama berpuluh tahun?
Bisakah aku berharap Tuhan mau membantunya?
Bisakah secara sembunyi-sembunyi Tuhan menyembuhkan juga keras kepalanya?

Aku sangat ingin dia sembuh dari segala luka batinnya.....

Friday, February 15, 2013

Salahkah Jika Mencinta?

Apakah salah jika menginginkan hidup yang lebih baik?
Apakah salah jika menginginkan kebahagiaan?
Apakah salah jika menginginkan kesenangan?

"Kau!! Kau sudah membuat malu seluruh nenek - kakek moyang dan seluruh darah keturunanku!!"

Apa? Kenapa bisa? Apa aku salah?

"Kau pikir aku sudi memakan nasi dari uangmu???? Melihatnya pun aku tak sudi!! Jika saja kau memberitahuku darimana uang-uang itu berasal... Aku- a - aku... Aku akan... Aaaaarrggghh!!!!"

Apa salahku? Kenapa dia semarah itu? Semurka itu? Sekacau itu?
Teriakannya menggema keseluruh sudut rumah, merambati udara, menekan kepalaku kuat. Sakit. Sakit kurasa.
Kupegang kepalaku kuat-kuat, kutekan daun telingaku, menghindar dari suara seraknya yang kuat tak beraturan.
Tahu-tahu lututku sudah ada di depan hidungku.
Gemetar...

"Aaaaaaarrggghhhh!!!! Ampuni dia!! Ampuni diaaa Tuhaaannn!!! Ampuni hambamu iniii... ampuni kamiiii ... Aaaaarrrggghhh!!!"

Lari.
Tidak.
Lari.
Tidak.
Haruskah aku lari? Lari kemana?

Kenapa? Kenapa orang renta ini terus menerus berteriak? Bahkan dia menunjuk-nunjuk kepalaku.
Kepalaku yang layu.
Apa aku salah? Apa aku sesalah itu sampai-sampai dia ingin membunuhku dengan suara sumbangnya dan dengan matanya yang menusukku itu?
Dia ingin membunuh tanpa menyentuhku dari singgasana kursi roda tua yang ia duduki?
Jujur, aku lebih memilih dia menusukku dengan pisau dapur, langsung ke jantungku!

"PERGIIII!!!! PERGI DARI RUMAHKUUU!!!! KAU ANAK DURHAKA!!"

Apa?
Pergi? Pergi katanya?
Kubuka tanganku, kujauhkan dari wajahku yang berhias air mata.
Pelan kutegakkan kepalaku, menatap matanya yang garang...

"Apa? Ibu me- mengusirku??"

"Berani-beraninya kau menyebutku IBU???? Aku bukan Ibumu!!! Kau bukan anakku lagi!!!"

Seakan tersambar petir ratusan kali, tubuhku serasa lemas tak bertenaga, lutut yang menjadi penopang ragaku kali ini pun goyah. Kaki yang sudah terkulai pun makin terasa tak bertulang.
Aku tak percaya dia mengatakan itu.
Aku tak mau percaya!!!

"Apa? Ibu.. Kau .. Kau tak mengakuiku? Kau.. membuang..membuangku?"

Perlahan tapi pasti, segala takut dan sedihku berubah menjadi amarah. Aku dapat merasakan detik-detik air di batang nadiku naik menuju ujung kepala.

Meledak.

"Huh. Kau pikir kau siapa? Kau cuma nenek-nenek yang manja, buang air pun harus dengan orang lain. Kau pikir siapa selama ini yang memandikanmu? Mencebokimu? Memberimu makan dan mencuci semua pakaian kotor bekas kotoranmu itu????"

Kurasakan kepuasan. Melihat wajahnya yang syok membuatku mampu mengangkat lututku, kutegakkan kakiku dan berdiri dihadapannya dengan lantang.

"Berkat siapa sisi rumah ini menjadi dinding? Berkat siapa lantai ini menjadi keramik?? Aku!! AKU BU!!"

"Seandainya bukan karena aku, kau masih harus tinggal di gubuk reyot peninggalan bapak! Suamimu yang sudah mati itu!!"

"Dan siapa yang selama ini mengantar kau berobat ke dokter? Siapa yang selalu rela meluangkan waktunya yang padat hanya untuk mendengar ocehan tentang sakit pinggang dan hampanya rasa lututmu itu??"

"SIAPA?? SIAPAA??? JAWAAAAAAAAABBB!!!!"

Hah... rasanya seperti tercekik... Lega sekaligus sakit.
Melihat mulutnya yang ternganga sembari memegang dadanya, nafasnya tersengal-senga, aku menghentikan bicaraku. Wajahnya berkerut, memperkaya kerut yang sudah permanen di wajahnya. Beberapa detik kemudian tangisnya meledak, seluruh wajah ia tenggelamkan ke kedua tangannya yang sudah rapuh itu.

Ia menjadi seperti aku di beberapa menit yang lalu.
Aku puas.
Aku puas dan sakit.

Salahkah aku? Salahkah aku jika ingin hidup bahagia?
Salahkah aku jika aku mencintai seseorang?
Salahkah aku jika aku menerima semua pemberian dari orang yang kucintai?

"Ibu... ibu hanya ingin kau sadar nak... I- ibu hanya ingin kau sadar.. Semuanya ini tidak benar... Salah!"

Memang ... aku tahu orang yang kucintai sudah beristri.
Tapi aku mencintainya! Kami saling mencinta!
Apa yang salah dari orang yang saling mencintai???

"Aku mencintainya bu.. Aku mencintainya. Semua.. Semua yang kuterima juga merupakan rasa cintanya padaku bu! Kami saling mencintai!!"

"Ibu tak sanggup, apa yang akan terjadi nanti.. Ketika berita tentangmu menyebar... Ibu tak sanggup..."

Kali ini pandangan matanya kosong dengan arus airmata tak berkurang. Lengannya ia biarkan terkulai begitu saja. Melihatnya yang seperti itu membuatku sakit!!

"Ibu tadi menyuruhku pergi? Baik aku akan pergi. Aku harap ibu dapat menjaga diri baik-baik."

Kubaikkan badanku dan berjalan menuju pintu. Gontai. Tenggorokanku seperti dicekik. Sakit.

"TUNGGUUU!!! Mau kemana kamu??? Jangan pergi sebelum kau menyadari apa yang menjadi salahmu! NAKKK!!!"

"Aku akan tinggal bersama Mas Hadi. Dia sudah membelikanku rumah. Aku akan tinggal dirumah itu bersamanya."

Kuberbicara membelakanginya, aku tak ingin melihat wajahnya yang membuatku sakit... Tapi tak apa, nanti akan kutelepon yayasan panti jompo untuk menjemputnya. Ya. Pasti. Tak apa. Tak apa. Tak apa, tapi... Kenapa aku menangis?


"JANGAN PERGIII!!! JANGAAAANNNN!!! JANGAN PERGIII!!! RIANTOOOO!!! JANGAN PERGI RIANTOOO!! KAU SALAAAAHHHHH... !!!"





~~~~~~~~~~~~~~~~Untuk khayalan liarku, terimakasih~~~~~~~~~~~~~~~

Seandainya...

Seandainya cinta itu bunga,
pastinya dia berwarna pelangi...
Mengagumkan,
penuh warna....

Seandainya cinta itu udara,
ia pasti harum...
Ringan,
dan hangat...

Seandainya cinta itu kapas,
ia pasti lembut...
Halus,
dan nyaman...

Seandainya cinta itu merpati,
ia akan setia...
Puth,
dan suci...

Seandainya cinta itu mata,
ia pasti menawan..
Indah,
dan menjaga....

Seandainya cinta itu jaket,
ia pasti tebal...
Hangat,
dan melindungi...

Seandainnya cinta itu rumah,
Ia pasti kokoh...
Tangguh,
dan dapat dipercaya...
untuk menjaga dan melindungi...
siapapun yang tinggal di didalamnya...

Seandainya aku adalah cinta..
Seandainya aku bisa benar-benar bisa memahami cinta...
Seandainya aku bisa menjadi cinta....

Seandainya.... .


~~Shae, 16 Februari 2013 (02.35 Am)~~