Pages

Thursday, September 18, 2014

Surat Untuk Temanku (Be Magis Always)

www.mega-wallpaper.com


"Be Magis Always"

Beberapa hari ini terngiang-ngiang kalimat itu. Selalu jadi lebih baik. Kalau aku menangkap artinya "Jadilah lebih baik selalu." Bulan ke 7 bergumul dengan latihan rohani, setelah melalui materi ke 6 di Magis, aku merasa makin gila. Gila dalam artian sinting.. haha..  makin gila dalam menanggapi setiap hal yang datang dan pergi.

Makin kesini makin tersadarkan oleh sifat baik dan buruk yang aku miliki. Oh... ini rasa cemburu, berasal dari sifat kekanakanku yang selalu ingin memiliki sepenuhnya. Oh.. ini rasa menerima, berasal dari sifatku yang penyabar. Oh.. ini rasa takut untuk bicara, berasal dari sifat kurang percaya diri. Oh... ini rasa lega, hasil dari sifatku yang selalu ingin tahu.
Makin bisa merasa, makin bisa mengerti, makin menerima kekacauan yang ada, makin mensyukuri kedamaian yang ada.

Rasa lelah dan halangan-halangan untuk selalu menjadi "Magis" datang silih berganti. Tapi dikala latihan rohani menjadi kering, selalu muncul kerinduan untuk kembali "curhat" kepada Bapa. Menjalani latihan rohani dengan jatuh bangun sudah biasa. Tapi ra popo, aku merasa semakin sering jatuh, semangatku untuk jadi lebih baik semakin berkobar. Bukan hanya tentang latihan rohani, kemudian semangat untuk menjadi "lebih" menjalar ke pola kehidupan sehari-hari. Dimana sekarang aku jadi lebih berusaha tepat waktu, bangun lebih awal, menjalani hari dengan langkah ringan, menghadapi ketakutan-ketakutan harian, dan tersenyum untuk apa yang telah menjadi porsiku sebagai berkat harian.

Rasa tidak nyaman yang sering kuabaikan dan kuingkari adalah rasa marah. Setelah mengetahui kalau itu adalah rasa marah, malah jadi sering terjebak untuk melampiaskannya secara gamblang dengan perilaku yang tidak sepantasnya. Dan setelahnya ada rasa bersalah. Mungkin harus kembali pada sifat sebelumnya yaitu ngampet. Itu pikiranku sebelumnya. Tapi setelah dirasa-rasa lagi, kalau kembali ke sifat itu, langkahku jadi mundur. Lalu pelan-pelan setelah berdiskusi dengan diriku, diputuskanlah tentang mengolah rasa marah ini. Pertanyaan demi pertanyaan kulontarkan pada diriku sampai aku tahu apa sebab rasa marah yang muncul. Setelah tahu, imbasnya aku juga tahu kecenderunganku. Biasanya marahku sebabnya ya tentang itu itu saja.

Nah... inilah kenapa aku merasa makin gila. Aku jadi lebih sering "bicara" dengan diriku sendiri dalam pengolahan setiap rasa. Haha.. tapi mungkin itu bagus untukku. Masih dalam tahap normal, bukan kaya orang yang jalan tanpa tujuan tanpa sebab ketawa-ketiwi sendiri di pinggir jalan itu... hoho

Dan dari Magis juga aku belajar untuk didengar, bukan hanya mendengar. Walau masih blegag blegug tiap bicara, walau masih ada rasa tidak percaya diri, ketika benar-benar didengarkan, ada rasa senang. Ah... begini to rasanya didengarkan..

Dengan jatuh bangunku, dengan rapuh dan kuatku, aku tahu bahwa aku tidak sendiri. Aku punya kalian sebagai teman tempatku bisa mendengar dan didengar. Memahami dan dipahami. Percaya dan dipercaya.

Bukan menawarkan, hanya saja kalau kalau teman merasa perjalanan menjadi "magis" terasa atau melewati kekeringan, ingat saja bahwa teman nggak sendiri...
Boleh kita main sambil sharing, magcir kecil-kecilan gituuu... (maen ayo maeenn... haha )

untuk lilis, dani, dan yosef .. magcir nggak harus sebulan sekali,, XD
Untuk saroh kita juga,,, ayo maiinn,,, XD
Ini sharingku, mana sharingmu? ;9 

Memang aku lebih bisa nulis daripada ngomong kalo soal perasaan.... besok kalo magcir aku buat copian apa yg kutulis trus kubagi gitu aja kali yaa...
-_-"