Pages

Monday, January 18, 2016

Melalui Doa aku Mencinta

Saat sedang berjalan di keramaian, ada yang menyapaku.

"Bertepuk sebelah tangan, kamu telah memilih takdirmu sendiri."

Tentu aku sangat kaget dengan kalimatnya. Bertepuk sebelah tangan? Aku? Bagaimana bisa?

Namun aku hanya bisa diam. Sampai akhirnya dapat segera sadar dan sanggup menata kata-kata.

"Bertepuk sebelah tangan adalah mengibaskan tangan ke udara dan berharap ada tangan orang lain yang menyambut sehingga dapat saling bertepuk. Tapi, rasaku bukan seperti itu."

Sejenak aku memperhatikan mimik mukanya. Lalu setelah yakin dia tak akan memotong perkataanku, aku lanjutkan kalimatku.

"Aku mencintainya dengan tangan yang mengudara- dan mendarat di dadaku. Aku mencintainya dengan doa. Meskipun kata orang lain ini adalah kesia-sia-an, namun dengan ujub doa demi kebahagiaannya, aku merasa dia tidak jauh."

Orang asing ini mengerutkan dahinya dan melontarkan pendapatnya,
"Bukankah hal itu tak membuatmu dekat dan tak mungkin dia mengetahui perasaanmu. Itu memang sia-sia."

"Aku melihatnya sebagai sayap.. sepasang sayap. Memiliki hak bebas untuk terbang dan bertumbuh. Aku juga sedang bertumbuh, saat melihatnya yang sudah bertumbuh begitu indahnya, menjadi penyemangatku untuk juga dapat bertumbuh dengan baik lagi."

Aku membayangkan wajahnya sebentar, merasa tenang.

"Apakah dia tahu atau tidak tentang kekaguman dan kecintaanku padanya, aku tak peduli. Aku ingin melihatnya bahagia dengan pertumbuhannya. Maka akupun dapat bahagia, dan bangga atas pertumbuhannku. Karena dia yang mengajariku untuk dapat berbangga diri atas pertumbuhan diri."

"Sungguh rumit."

"Tidak. Perasaanku ini sederhana. Hanya saja penghakimanmu terhadap perasaan orang lainlah yang dapat dikatakan sebagai kerumitan."

"Baiklah... Tapi, ingatlah, jangan hanya berdiam pada senja. Masuklah kedalam malam, lalu terbitlah!"

Aku tak begitu mengerti kata-kata terakhirnya. Sementara dia pergi dengan menunjukkan punggungnya padaku dan perlahan menghilang di keramaian.
Aku tak sempat bertanya apa maksudnya...
Pertemuan yang ganjil...

Monday, December 14, 2015

Complicated But Simple

Yang terlihat rumit belum tentu rumit. Namun yang sederhana juga terkadang menjadi rumit. Tak ada yang benar-benar rumit maupun sederhana. Tergantung dari cara pandang kita saja.

Hal-hal yang kita anggap sederhana bisa jadi adalah hal rumit bagi orang lain, dapat pula sebaliknya. Maka kalimat seperti, "Masa' seperti itu saja kamu tak bisa?" Adalah suatu kekerasan mental yang kita pukulkan kepada orang lain. Dan yang lebih kejamnya lagi ketika terlontar kalimat semacam, "Itu kan hal sepele, kenapa juga harus sedih atau marah karena hal-hal itu."

Bro.. Sis.. Setiap pribadi mempunyai kisah perjuangannya masing-masing. Nggak ada yang bebas dari ironi kehidupan. Semisal pun jika ada orang disekitarmu terlihat tanpa luka dan sangat bahagia, jangan iri. Bisa jadi lukanya malah lebih besar dari milikmu.

Sering kudengar komentar-komentar yang bersirat ke-iri-an.
"Dia enak banget ya, apa-apa keturutan. Anak orang kaya sih!"
"Kalau dia mah nggak pernah susah."
"Enak sih, soalnya dia cantik, terus yang diomongin cowok mulu.. hedehh"
"Si A udah sukses ya? Bisa dapat orang mapan. Pengen deh kayak gitu. Punya hidup enak."

Enak enak dan enak. Kehidupan orang lain sepertinya lebih enak ya. Tapi apa iya? Seperti yang kubilang tadi, semua relatif. Kita diberi kesusahan sesuai porsi masing-masing. Menganggap orang lain lebih susah itu namanya mengasiani. Manganggap diri lebih susah daripada orang lain itu berarti ingin dikasiani. Seolah-olah kisah kitalah yang paling penting dan kisah orang lain tak ada artinya. Padahal jika dihadapkan pada situasi yang sama persis, belum tentu kita bisa menghadapi kesusahan/masalah yang dialami orang tersebut.

Dan kalimat seperti, "Kamu nggak akan bisa mengerti karena kamu nggak mengalaminya!"
Itu... membuatku sakit hati.. Jelas aku nggak bisa sama persis mengalami hal yang pernah kamu atau dia alami. Aku ada bukan untuk menjalani hal yang sama denganmu. aku mempunyai kisahku, kamu mempunyai kisahmu. Namun tak bisa dipungkiri kita dipertemukan oleh takdir dan waktu untuk bisa berbagi kisah-kisah kita. Bagikan kegelisahanmu, bagikan kedukaan atau segala riang gembiramu, sederhana kan?... Meski aku nggak mengerti, tapi aku ada kok...

Menarik hal-hal rumit untuk mencari sumber kerumitan pada awalnya itu tak mudah. Mengungkit kembali sejarah hidup itu nggak seperti kita baca buku sejarah dan sekedar bilang "Ooo.. begitu to ceritanya"

Segala keganjelan - yang seringnya menjadi lontaran kita untuk orang lain - entah itu sikap buruk atau baik -atau iri, ada kaitannya dengan sejarah. Sejarah hidup kita masing-masing. Ada sesuatu yang belum selesai, ketidakpuasan yang tidak terselesaikan. Kalau aku mengibaratkannya itu seperti simpul yang belum tersimpul rapi, namun sudah terbenam dengan simpul-simpul lainnya, yang rapi maupun tidak. Kalau bahasa Jawa-nya adalah mBundet.

Menarik. Selalu saja aku tertarik untuk membahas yang namanya sejarah hidup, karena ini juga otomatis berkenaan dengan karakter manusia juga. Dan aku memang tertarik dengan pendalaman karakter. Bermula ketika aku bertanya-tanya tentang Siapa Aku Ini? Lalu aku merasa mengenal orang lain secara lebih jauh dan lebih dalam sangat menyenangkan. Efek dari pendalaman dan pengenalanku secara lebih jauh dengan diriku.

Nah,, tentang mBundet.. Sebenarnya bisa kita sederhanakan kembali. Memilah-milah, menyederhanakan simpul-simpulnya, dan mendapatkan simpul yang mBundet untuk pertama kali. Diluruskan, lalu disimpulkan kembali dengan rapi. Namun tak semudah kelihatannya. Akan terjadi goresan-goresan dari benang itu. Dan alasan kenapa dulu simpul-simpul itu mBundet- tak sempurna tersimpul bisa ketahui. Tapi perlu diketahui, simpul yang pernah mBundet takkan bisa kembali lurus rapi seperti yang diharapkan. Lekuk-lekuknya tetap kasar meski alasannya kenapa mBundet sudah kita ketahui dan sudah kita simpul ulang.

Sembundet apapun simpulmu, tak mengapa. hehe
Don't worry be happy!
Sekesal apapun dirimu pada dunia.. tak masalah..
Don't worry be happy!
Semenyesal apaun dirimu terhadap masa lalumu,
Don't worry be happy! Masih ada kesempatan untuk memperbaikinya..
Hadiah yang sangat berharga adalah waktu. Selama ada hadiah itu, sudah lebih dari cukup untuk bisa tetap maju dalam pengembangan pribadi yang lebih baik lagi.

Sekali lagi,
DON'T WORRY BE HAPPY !
:D

Saturday, October 3, 2015

Derap Langkah Yang Terus Menggoda

Jujurlah pada masa lalumu.

***

Panas, sangat panas. Kulitku protes, dengan menunjukkan belangnya. Mungkin perlu kugunakan kaos kaki. Supaya pigmenku tak terlalu bekerja berat melindungiku dari sinar matahari.
"Tap tap tap tap..."
Derap langkah khas mengalihkan pandanganku dari kakiku sendiri.

Dingin. Sejuk.
Beberapa detik aku merasakan udara disekitarku membeku. Dan setelah derap langkah itu berlalu, waktu kembali meleleh oleh terik matahari.
Aku sadar, bahwa empunya derap langkah itu membuatku tertegun.

Dan semangkuk Soto didepanku kembali meraung-raung untuk segera disempurnakan. Ah, memang ini tempat makan yang terbaik, es jeruk senyumnya juga selalu enak. Es jeruk yang selalu membuat senyum bagi yang meminumnya. Senyum sedikit mengkerut. Karena asam yang segar.

*

Hari belum habis, singgah ke toko buku merupakan hiburan yang terbaik di hari libur. Kuamati barisan buku beegenre psikologi. Aku selalu tertarik kepada buku-buku ini. Sangat menarik

"Tap tap tap tap..."

Reflek aku segera menoleh pada derap langkah itu. Kembali tertegun. Dia muncul kembali, melintasiku. Jujur agak berdebar rasanya.

*

Sore hari udara sudah sejuk. Duduk di pinggir taman sangat pas ditemani buku yang baru saja kubeli.
Tapi sebelumnya aku menengok kanan dan kiri. Apakah kali ini dia akan datang lagi melewatiku?

Tidak kurasa. Maka dengan tenang aku mulai membaca halaman demi halaman dari buku yang kupegang. Tawa dan obrolan mereka yang berjalan menikmati sore di taman seperti musik bagiku. Gesekan daun-daun di pohon beserta kepakan sayap para burung yang hendak bersarang menambah indah harmoni sore ini.

"Sedang membaca apa?"

Kaget. Konsentrasiku buyar oleh suara yang tiba-tiba muncul disampingku.

"Ah? Oh, ini... sedang baca buku.. eee.."

"Sepertinya asyik ya..."

"Eh, umm... iya."

Matanya bening khas anak-anak. Rambut hitamnya lurus dengan model Bob, berpadu dengan rok terusan putih selutut bertali pita di pinggangnya. Sepatu putih dan kaos kaki putih berenda, menambah manisnya penampilan gadis kecil ini.

Sesaat kami diam tanpa kata, tapi biarpun begitu, aku merasa kami sudah saling berbicara melalui mata kami masing-masing.

Kututup bukuku. Kuputuskan untuk mengobrol dengannya saja. Aku merasa tertarik dengan anak ini.
Namun belum aku berkata-kata lagi, wajah anak kecil ini menjadi kemerahan, matanya berair.
Aduh.

"Kamu nggak apa-apa? Ada yang sakit?"

Dia belum menjawab, namun kutau dia berusaha menyembunyikan ekspresinya. Dia seperti berusaha untuk tidak menangis.

Sejujurnya aku mulai merasa tidak nyaman. Ada seorang anak kecil menangis didepanku, tapi sekaligus tidak ingin menangis. Apa sebenarnya mau dari si anak ini?

"A-a-aku.. kemarin sakit... iks"

Kata-katanya tidak begitu jelas, namun aku berusaha memahami.

"Sakit kenapa dik?"

"Ke-kemarin... akku dicegat... waktu pulang sekolah... iks... terus aku dipukul.. iks...iks.."

Dia mulai bercerita. Tapi kemudian aku merasa ada yang mengganjal dimataku.

"Aku takuuutt... hikss .. dia ngancam aku... uw... huwee... hiksss..."

Ah... aku merasa aneh... rasanya ingin memeluknya namun aku takut. Takut kalau aku memeluknya, dia malah makin menangis... tapi...

"A-aku... aku padaha-hal nggak... nggak salah... ttapi-tapi tetep dipukul..."

Ini semacam laporan dari anak kepada orang yang lebih dewasa yang ditemui. Kupikir seperti itu. Namun...

"A-aku sakit.. hiks... aku takuuttt.... takuuuttttt.... huweeeeeeeeee..."

Aku nggak tahan lagi. Ganjalan dimataku meleleh. Mencair. Mengalir. Dengan seluruh panjang tanganku, kupeluk anak ini. Dan benar, di dalam dekapku dia semakin meraung-raung, menangis. Kubiarkan saja sampai sepuasnya...

"Lepaskanlah... menangislah sepuasmu .. kamu ingin bebas 'kan?"

Dan dia terus menangis. Tak apa, menangislah sampai tak ada tenagamu untuk menangis. Tak apa. Aku ada bersamamu.

Kupeluk erat anak kecil ini sampai seolah-olah ia masuk dalam tubuhku sendiri. Melebur bersama jantungku.

*

Sinar matahari meredup. Dan kurasa memang sudah saatnya pulang. Kukemas bukuku dan kututup tas selempangku.

Saat kuberanjak dari tempat dudukku, kudengar suara derap langkah kaki itu lagi.

"Tap tap tap tap..."

Biasanya dia akan lewat begitu saja, namun kali ini berbeda. Saat ku menoleh padanya. Ia berhenti. Dan melempar senyumnya padaku. Begitupun aku. Membalas senyum kecilnya yang manis.
Lalu ia kembali berjalan dengan cepat, dengan sepatu putih mungilnya, dengan roknya yang bergelombang mengikuti hentakan langkah kakinya.

Seperti biasa, setelah dia melewatiku dan menghilang, waktu kembali mencair. Meskipun kali ini dia sudah mulai menoleh padaku bahkan menangis, kurasa dia akan tetap terus muncul. Sampai ia benar-benar puas.

Aku kemudian kembali mengingatnya, dia yang selalu ingin menangis namun tak mau, yang lemah namun selalu ingin menjadi yang kuat.
Dan senyumku kusimpan sendiri.

"Kamu sudah makin kuat nak..."
Kukatakan itu padanya, dalam hatiku.

Thursday, September 18, 2014

Surat Untuk Temanku (Be Magis Always)

www.mega-wallpaper.com


"Be Magis Always"

Beberapa hari ini terngiang-ngiang kalimat itu. Selalu jadi lebih baik. Kalau aku menangkap artinya "Jadilah lebih baik selalu." Bulan ke 7 bergumul dengan latihan rohani, setelah melalui materi ke 6 di Magis, aku merasa makin gila. Gila dalam artian sinting.. haha..  makin gila dalam menanggapi setiap hal yang datang dan pergi.

Makin kesini makin tersadarkan oleh sifat baik dan buruk yang aku miliki. Oh... ini rasa cemburu, berasal dari sifat kekanakanku yang selalu ingin memiliki sepenuhnya. Oh.. ini rasa menerima, berasal dari sifatku yang penyabar. Oh.. ini rasa takut untuk bicara, berasal dari sifat kurang percaya diri. Oh... ini rasa lega, hasil dari sifatku yang selalu ingin tahu.
Makin bisa merasa, makin bisa mengerti, makin menerima kekacauan yang ada, makin mensyukuri kedamaian yang ada.

Rasa lelah dan halangan-halangan untuk selalu menjadi "Magis" datang silih berganti. Tapi dikala latihan rohani menjadi kering, selalu muncul kerinduan untuk kembali "curhat" kepada Bapa. Menjalani latihan rohani dengan jatuh bangun sudah biasa. Tapi ra popo, aku merasa semakin sering jatuh, semangatku untuk jadi lebih baik semakin berkobar. Bukan hanya tentang latihan rohani, kemudian semangat untuk menjadi "lebih" menjalar ke pola kehidupan sehari-hari. Dimana sekarang aku jadi lebih berusaha tepat waktu, bangun lebih awal, menjalani hari dengan langkah ringan, menghadapi ketakutan-ketakutan harian, dan tersenyum untuk apa yang telah menjadi porsiku sebagai berkat harian.

Rasa tidak nyaman yang sering kuabaikan dan kuingkari adalah rasa marah. Setelah mengetahui kalau itu adalah rasa marah, malah jadi sering terjebak untuk melampiaskannya secara gamblang dengan perilaku yang tidak sepantasnya. Dan setelahnya ada rasa bersalah. Mungkin harus kembali pada sifat sebelumnya yaitu ngampet. Itu pikiranku sebelumnya. Tapi setelah dirasa-rasa lagi, kalau kembali ke sifat itu, langkahku jadi mundur. Lalu pelan-pelan setelah berdiskusi dengan diriku, diputuskanlah tentang mengolah rasa marah ini. Pertanyaan demi pertanyaan kulontarkan pada diriku sampai aku tahu apa sebab rasa marah yang muncul. Setelah tahu, imbasnya aku juga tahu kecenderunganku. Biasanya marahku sebabnya ya tentang itu itu saja.

Nah... inilah kenapa aku merasa makin gila. Aku jadi lebih sering "bicara" dengan diriku sendiri dalam pengolahan setiap rasa. Haha.. tapi mungkin itu bagus untukku. Masih dalam tahap normal, bukan kaya orang yang jalan tanpa tujuan tanpa sebab ketawa-ketiwi sendiri di pinggir jalan itu... hoho

Dan dari Magis juga aku belajar untuk didengar, bukan hanya mendengar. Walau masih blegag blegug tiap bicara, walau masih ada rasa tidak percaya diri, ketika benar-benar didengarkan, ada rasa senang. Ah... begini to rasanya didengarkan..

Dengan jatuh bangunku, dengan rapuh dan kuatku, aku tahu bahwa aku tidak sendiri. Aku punya kalian sebagai teman tempatku bisa mendengar dan didengar. Memahami dan dipahami. Percaya dan dipercaya.

Bukan menawarkan, hanya saja kalau kalau teman merasa perjalanan menjadi "magis" terasa atau melewati kekeringan, ingat saja bahwa teman nggak sendiri...
Boleh kita main sambil sharing, magcir kecil-kecilan gituuu... (maen ayo maeenn... haha )

untuk lilis, dani, dan yosef .. magcir nggak harus sebulan sekali,, XD
Untuk saroh kita juga,,, ayo maiinn,,, XD
Ini sharingku, mana sharingmu? ;9 

Memang aku lebih bisa nulis daripada ngomong kalo soal perasaan.... besok kalo magcir aku buat copian apa yg kutulis trus kubagi gitu aja kali yaa...
-_-"


Sunday, August 24, 2014

Ooo... Hidup ada Asas dan Dasarnya juga....

Minggu, 24 Agustus 2014 ... hari dimana Tuhan bukan cuma 'njawil' (menyentuh) aku, tapi 'njorogke' (mendorong sampai jatuh) sampai aku benar terjungkal....

***

Pertemuan bulanan Magis yang ke lima kali ini materi dibuka oleh mas Pras. Dari sini udah mbatin, "Walah.. baru pengantar ini sudah banyak dapat 'jawilan' dari Tuhan.."  Kalimat-kalimatnya mengena dan menohok. Salah satu yang kuingat adalah tentang ..... he? Lupa istilahnya tadi apa, intinya adalah ketika kita pernah disakiti seseorang, lalu kemudian di masa selanjutnya kita bertemu orang YANG BENAR-BENAR BARU kita jumpai dan ada sedikit kesamaan karakter dengan orang yang pernah menyakiti kita, secara refleks kita langsung men-judge orang baru itu BENAR-BENAR SAMA karakternya dengan orang yang pernah menyakiti kita...
Pengalaman pahit yang terekam dan belum 'terselesaikan' oleh diri akan terus berulang dalam ingatan. Mau tidak mau, secara refleks di setiap keputusan hanya didasarkan oleh pengalaman pahit tersebut. POKOKNYA ORANG ITU DAN INI SAMA!

Yahh... aku dulu sering banget berpikiran seperti itu. Sering menghakimi karakter setiap orang yang aku temui, di dalam pikranku. Tapi lambat laun aku sadar bahwa nggak ada orang yang sama di dunia ini. Yaaaa...  aku sempat menghakimi karakter beberapa teman di Magis.

"Iiihhh... ketemu orang macam ini lagi, dia pasti sombong.."
"Aaahh... payah ah... dia ini tipe pembully.. yakin banget aku!"

Daannn... maaf ya temansss... hehe .. Setelah berteman dengan orang-orang yang kupikir memiliki sifat seperti itu, ternyata aku salah... Teman-teman yang kukira sama seperti orang-orang yang pernah menyakitiku, pernah membuat luka di batinku, ternyata mereka TIDAK SAMA. Malahan mereka cenderung asik dan bisa buatku ketawa kepingkal-pingkal.... :D

Lanjut ... Diperkenalkan oleh mbak Ria, tentang Lectio Divina. Apa ya itu? (jarang mendalami kitab suci sih.. jadi benar-benar nggak tau aku tadi :v )

Lectio Divina = bacaan rohani (yang didapat dari kitab suci) adalah cara berdoa dengan membaca dan merenungkan Kitab Suci untuk mencapai persatuan dengan Allah Tritunggal. Dan bukan hanya membacanya saja, ada 4 proses di Lectio Divina ;

*) Lectio, bukan hanya membaca, tapi membuka diri kepada Tuhan. Kita memilih lebih dahulu perikop yang mau kita renungkan,

*) Meditatio, adalah pengulangan kata-kata atau frasa menarik hati kita di perikop itu. Bukan cuma diulang sebagai kata-kata, tapi benar bahwa kata-kata/kalimat itu adalah sapaan dari Allah untuk diri pribadi.

*) Oratio, doa adalah tanggapan hati kita terhadap sapaan Tuhan.Tuhan berbicara lewat Kitab Suci, dan kita berbicara kepada Tuhan melalui Doa. Jadi Lectio Divina adalah pembicaraan kita dengan Tuhan secara dua arah. Setelah merenungkan sabdaNya, kita menanggapi dengan doa, dengan syukur, dan jika kita menemukan peneguhan, pertolongan, dan atau pertobatan, maka sudah sepatutnya kita memuliakan namaNya.

*) Contemplatio, setelah melalui proses-proses tadi, ada saatnya kita merasakan kehadiran Allah, kedekatanNya dengan kita dalam setiap waktu, di setiap nafas kita. Dan kesadaran kontemplatif akan kehadiran Allah yang tak terputus di setiap waktu dalam hidup kita adalah suatu karunia. Dimana kita total menyerahkan diri kita kepada Allah.

Untuk lebih jelasnya tentang Lectio Divina bisa lanjut ke link sumbernya.. :
Sumbernya : http://katolisitas.org/2376/lectio-divina

Kalau sejauh yang kutangkap tentang pengenalan Lectio Divina tadi, benar-benar kereeennn. Eh, benar-benar bermanfaat. Bukan sok-sok an tapi memang benar kurasakan nasehat Tuhan di dalam perikop Kitab Suci tadi. Untuk praktek awal pengenalan Lectio Divina tadi diambil dari Amsal 3:1-8, 11-12 dan Mat 7:17-20
"Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan."
Salah satu ayat dari Kitab Amsal itu sangat menonjokku.
---Ya Tuhan.. ampuni akuu...---

Aku terlalu sok, terlalu sok dewasa, sok bijak, sok paling bisa, dan sok-sok lainnya....
Dan jadi benar-benar sadar, bahwa perilakuku akhir-akhir ini adalah benar-benar salah.
(maafkan aku ya teman...)


Lalu setelah snack dan teh hangat yang sangat menyegarkan, tema inti pun dimulai, dibawakan oleh Rm Kris , tentang Asas dan Dasar.

"Manusia diciptakan untuk apa sih? Apa Tuhan menciptakan hanya sekedar iseng saja? Apa Tuhan itu egois? Mencipta makhluk untuk memujaNya.. Apa Tuhan itu narsis?"

Beberapa pertanyaan Rm Kris jadi pengantar menuju pendalaman yang lebih dalam lagi. Bagai mantra penyedot untuk masuk ke dalam semangat diri Rm Kris yang berkobar-kobar dalam menyampaikan materi.

Kira-kira materinya seperti ini (hasil catatan + ingatan) :

-- Manusia diciptakan untuk memuji, menghormati, serta mengabdi kepada Allah, dan dengan itu menyelamatkan jiwanya.
Setiap manusia diciptakan oleh cinta dari Tuhan. Begitu cintanya sampai-sampai Ia rela menjadi Anak Manusia, merentangkan kedua tanganNya, bersiap memeluk semua umatNya yang sangat dikasihiNya. Tapi banyak dari kita umatNya, sering mengabaikan cintaNya. Kita dianugerahi kehendak bebas, bebas bisa menerima atau mengabaikan cintaNya. Dengan memuji, menghormati, mengabdi, berarti kita membalas cintaNya (jangan sampai cintaNya bertepuk sebelah tangan).
Apa nggak terenyuh, melihat Dia merentangkan tanganNya lebar-lebar - di kayu salib - dan itu adalah untuk memeluk kita!

--Segala yang tercipta adalah sarana ; dipakai sejauh membantu, dilepas bila menghalangi.
Dan kriteria membantu atau menghalangi dikaitkan dengan tujuan diciptakan tadi.

--Sikap yang lepas bebas, mensyukuri segala sarana yang ada, kalau nggak ada ya akurapopo aja,,, :D

--Untuk dapat menemukan arahnya, lepaskan diri dari rasa lekat yang tak teratur.
Nahh,,, inilah juga yang menohok untukku. Kelekatan yang tak teratur, moody. Moody adalah tantangan terbesar dari dalam diriku untuk bisa maju menjadi lebih baik. Ketika dalam mood bagus aku serasa bisa melakukan apa saja. Dan memang bisa. Sedangkan mood jelek membawaku pada rasa malas.

--Cirinya : ketika mencari apa yang baik, mengarah pada tujuan (magis ad finem).

--Terlepas dari pemahaman-pemahaman tadi, perlu dilakukan latihan terus menerus (askesis), agar kita semakin peka dalam membedakan mana TUJUAN dan mana SARANA.


Nyambung tentang sejarah hidup, Sejarah Hidup adalah Sejarah keselamatan, dimana Tuhan ada disana, di masa gelap dan terang kita pada waktu lampau. Bagaimana Tuhan membentuk dan membimbing kita, bagaimana Tuhan menyelamatkan, bagaimana kita dapat terlepas dari masa gelap itu.... Tuhan selalu ada "saat itu".
Sejarah = His Story = Kabar Gembira
Cerita kita dimana Tuhan selalu ada adalah merupakan Kabar Gembira... !

Sebenarnya buanyaaakkk lagi yang disampaikan Rm Kris yang sangat membuatku terjungkal... hawhawhaw...

Beliau bilang penyesalan diri yang berlebihan juga nggak baik. ... begitu...

Jadi Magis harus punya ambisi untuk jadi lebih baik... Awalnya aku mengiraa diriku nggak punya ambisi. Hidup slalu manut-manut aja, nurut semua mau jalan kaya apa. Tapi setelah aku menilik jauh lebih dalam ke dalam diriku, aku menyimpan semangat. Semangat untuk bisa selalu dekat dengan Tuhan. Agak nggak jelas semangatku ini. Masih abstrak. Dekat dengan Tuhan banyak caranya.

Kemudian muncul pertanyaan-pertanyaan dalam hati ;
-- Apakah aku sudah benar berjalan dengan hidup seperti ini?
-- Tujuanku yang adalah ,"Membahagiakan orang tuaku" itu sarana atau tujuan ya?
-- Aku suka anak-anak dan katanya aku punya kemampuan dalam seni rupa. Apakah itu ada suatu kaitannya dengan maksud Tuhan kepadaku?
-- Apakah aku benar-benar diciptakan dengan rasa sayang pada anak-anak? Atau hanya penggambaran pelampiasan ingin membahagiakan masa kanak2ku?

Dan... masih banyak pertanyaan yang muncul dalam benakku.

Yah... masih terus berjuang untuk memantapkan tujuanku... untuk memuliakan Tuhan...


Kalau teman-teman bagaimana?


--------


Salam To Be More...

Wednesday, November 27, 2013

Nyesek

Deg-deg-an waktu liat orang yang jelas-jelas nggak boleh ditaksir tuh rasanya .... nyesek!

Cuma mau nulis itu aja sih....

Jadi sebal ma diri sendiri....

Huhuhu.....

Wednesday, November 20, 2013

Disela Rintik Hujan Malam

Tuhan itu Maha Tau, jadi sebaiknya jangan jadi sok tau di hadapan Tuhan.

Tuhan itu Maha Adil, jadi sebaiknya jangan mengadili sesamamu sesuai penglihatanmu.

Tuhan itu Maha Mendengar, jadi sebaiknya tak perlu berteriak ataupun menunjukkan suara keras saat berbicara denganNya.

Tuhan itu Maha Berbicara, jadi sebaiknya jangan mendahului 'kata-kata' dari Tuhan.

Tuhan itu Maha Baik, jadi tak perlu khawatir tentang yang terbaik untukmu. Itu semua sudah dipersiapkanNya.

Tuhan itu Maha Kasih, maka tak perlu ragu untuk berbagi kasih pada sesama pun alam, karena kasihNya tak kan ada habisnya.


Karena itu, tak perlu mengeluh ataupun berduka, dalam saat terburuk dan tak ada seseorang yang menghibur, ingatlah bahwa Ia selalu setia berada disampingmu. Tak peduli seberapa banyak dosamu, tak peduli seberapa sakit penderitaanmu, tak peduli seberapa kesepianmu, jika kau sadar bahwa Tuhan selalu besertamu, tak lama segala susahmu akan disempurnakan menjadi senyum bahagia.